Senin, 11 Februari 2013

Djoernal Sastra Boemipoetra (Kumpulan Jurnal Boemipoetra Selama 5 Tahun!)





Judul : Djoernal Sastra Boemipoetra
Penulis: Wowok Hesti Prabowo, Saut Situmorang, Mahdi Duri, dkk.
Penerbit: Boemipoetra
Tahun: November, 2012
Isi: 272 hlm
ISBN: 978-602-7673-43-4

Harga: 75.000


Kondisi Sastra Indonesia saat ini memperlihatkan gejala berlangsungnya dominasi sebuah komunitas dan azas yang dianutnya terhadap komunitas-komunitas sastra lainnya. Dominasi itu bahkan tampil dalam bentuknya yang paling arogan, yaitu merasa berhak merumuskan dan memetakan perkembangan sastra menurut standar estetika dan ideologi yang dianutnya. Kondisi ini jelas meresahkan komunitas-komunitas sastra yang ada di Indonesia karena kontraproduktif dan destruktif bagi perkembangan sastra Indonesia yang sehat, setara, dan bermartabat.

Polemik antar komunitas—kalau tak ingin disebut “peperangan” ideologi—sejatinya telah berlangsung lama. Kilasan sejarah perkembangan sastra di Indonesia, setidaknya sejak jaman kolonial, dipenuhi spektrum wacana dan aksi di mana sebenarnya posisi Sastra Indonesia berdiri. Di luar itu, kondisi sosial dan politik Indonesia yang semakin “maju” (atau justru malah menunjukkan kemunduran) tampaknya juga berperan penting dalam mempengaruhi Sastra Indonesia.

Djoernal Sastra Boempitoetra yang mengusung jargon “Bukan antek imperialis!” merupakan salah satu dari sekian banyak jurnal sastra yang eksis di Indonesia. Jurnal yang digawangi Wowok Hesti Prabowo sebagai pemred dan ada pula Koesprihyanto Namma, Saut Situmorang, Mahdi Duri, Jumari HS, serta Gito Waluyo yang duduk sebagai dewan redaksi kini telah mencapai usia lima tahun. Dalam edisi ini, Djoernal Sastra Boemipoetra telah mengumpulkan tulisan-tulisan yang pernah dipublikasikan selama lima tahun tersebut menjadi sebuah buku.

Djoernal Sastra Boemipoetra yang berciri khas menyentak dan “galak” ini lahir untuk menjadi mitra diskusi sekaligus lorong baru untuk membangun kesusastraan yang lebih bermartabat. Mainstream kesusastraan bukanlah satu warna. Soal estetika sebenarnya hanya soal subyektifitas, tak jauh beda dengan seorang pelukis. Lebih jauh lagi, sastra pun tak melulu soal keindahan seni bahasa, melainkan pula seni pembangunan moral kemanusiaan.

Bagaimana hubungan politik luar negeri serta dalam negeri dengan kesusastraan? Bagaimana “arogansi”nya sebuah komunitas sastra terhadap komunitas lain? Apakah sastra Indonesia telah memberi sumbangan nyata bagi kemanusiaan di negeri sendiri? Atau malah para pegiat sastra itu “narsis” dengan gelar sastrawan/sastrawati yang mereka raih dalam berbagai bentuk ajang penghargaan?

Temukan jawabannya dalam buku setebal 272 halaman ini.



Untuk pemesanan buku ini, silahkan sms ke 081802717528. Untuk pemesanan buku-buku yang lain silahkan lihat di JUAL BUKU SASTRA BNI UGM 0117443522 a.n. Indrian Toni

1 komentar:

Blogger Widgets