Jumat, 15 Februari 2013

Candik Ala 1965 (Novel Sejarah, karya Tinuk R. Yampolsky)




Judul : Candik Ala 1965
Penulis : Tinuk R. Yampolsky
Penerbit: KataKita, Jakarta
Tahun : Juni, 2011
Isi : 222 hlm
ISBN : 978-979-3778-66-2

Harga : 35.000


Novel Candik Ala 1965 berkisah tentang pergolakan sosial-politik yang pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1965. Barangkali bukan hanya sejarah kelam dari sisi kemanusiaan, tapi juga pelajaran politik yang sangat berharga bagi Indonesia dan menjadi peristiwa traumatik. Bahwa politik itu kejam, memang benar adanya. Kawan bisa jadi lawan. Lawan bisa jadi kawan.

Candik Ala itu: merah di awan, gelap di bumi. Suatu ungkapan yang menggambarkan waktu senja di mana langit di arah barat tampak kemerahan oleh bias matahari yang hampir tenggelam. Bagi masyarakat Jawa, Candik Ala sering digunakan sebagai “alasan” untuk menyuruh anak-anak mereka segera masuk rumah, tidak berkeliaran sesaat menjelang magrib. Cerita-cerita yang menyeramkan dari para orangtua (mungkin yang sekarang sudah jadi buyut atau kakek-nenek) menambah daya magis dan terbukti cukup efektif untuk membuat anak-anak mereka patuh. Lain dengan sekarang, Candik Ala mungkin sudah dilupakan oleh sebagian besar orangtua, apalagi anak-anak mereka. Tidak ada lagi Bethara Kala sebagaimana sering didengar anak-anak puluhan tahun lalu.

Tinuk R. Yampolsky, penulis novel ini, menceritakan kelamnya sejarah sosial-politik Indonesia di era 65-an dari mulut seorang anak perempuan bungsu bernama Nik yang tinggal di kampung L, di Solo. Gadis cilik yang digambarkan bertubuh kurus dan pendek itu hidup dalam keluarga Katholik, tapi dari sisi afiliasi politik, mereka berbeda. Nik yang masih berumur tujuh tahun itu belum mengerti betul mengapa kakak sulungnya, Mas Tok, harus memboyong istri, anak, serta buku-bukunya ke rumahnya. Yang dia tahu, selama di rumah itu kakaknya sering mengurung diri dan membaca buku-buku.

Sampai tiba suatu hari, dua orang tentara “Erpekad” (RPKAD) menggeledah rumah orangtua Nik dan menginterogasi ayahnya, barulah Nik mulai memahami sedikit demi sedikit situasi yang sedang terjadi di lingkungan keluarganya, juga di kampungnya. “Cerita demi cerita itu ia simak dengan merinding, cerita tentang dunia di luar sana, sementara dunia di dalam rumahnya sendiri juga sudah menyeramkan.” (hlm. 63).

Kepiawaian Tinuk R. Yampolsky merangkaikan cerita serta konflik, menjadikan novel ini mempunyai kekuatan: menyentuh dan menggoncangkan. Tinuk, yang lahir dan besar di Solo, hijrah ke Amerika sejak 1987 dan menetap di Champaign, Illionis. Candik Ala 1965 ini, sebagaimana diakuinya, ditulis saat dia di Amerika.


Untuk pemesanan buku ini, silahkan sms ke 081802717528. Untuk pemesanan buku-buku yang lain silahkan lihat di JUAL BUKU SASTRA BNI UGM 0117443522 a.n. Indrian Toni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blogger Widgets