Odong-odong Fort de Kock
Judul: Odong-Odong Fort de Kock
Penulis: Deddy Arsya
Penerbit: Kabarita, Padang
Tahun Terbit: 1 Mei 2013
Tebal Buku: x + 91 halaman
Harga: 35.000
Deddy
Arsya (lahir 1987) menjadi salah satu bagian penanda dari sebuah orde
persajakan Indonesia pasca tahun 2000, pasca Millenium Baru. Bagi mereka yang
mengikuti perkembangan sastra koran, maka tidak akan begitu sulit untuk
mengenal Deddy beserta sajak-sajaknya. Satu-dua tema sajaknya yang terhimpun
dalam antologi puisinya ini, Odong-Odong
Fort de Kock, tergolong baru dan rasa-rasanya belum pernah digarap oleh generasi
penyair sebelum dia. Ia bicara, misalnya, tentang apel, ikan, garam, teh, lobak,
jeruk, gula tebu, rambutan, pisang dan seledri bukan sebagai “sampiran”, tetapi
sebagai “pokok” dari puisi. Tema-tema “dapur dan ruang makan” itu memang sempat
mencuat dan jadi bidikan empuk penyair-penyair segenerasi Deddy.
Selain
itu, Deddy juga mengambil metafora dari banyak hal lain yang punya tingkat
keunikan sendiri, misalnya – untuk satu-dua saja – sajak berjudul “Dokter
Gigi”, “Sajak Kehilangan Tali”, “Menunggu Tukang Bakso”, “Ulat Bulu”, “Kuda
Bawah Tanah”, “Hilannya Baju dan Celana”, dan lain-lain. Buku ini menghimpun 63
sajak yang ditulis oleh Deddy dari tahun 2004 hingga 2013. Di halaman belakang,
berisi ulasan Afrizal Malna bejudul “Puisi dan Kekinian yang Terus Berlalu”. Menurut
Afrizal, sajak-sajak Deddy memiliki geopuisi yang khas dari lingkungan pesisir
dan daratn, dari lingkungan perkebunan dan pasar di kota, dari dunia mistik ke
dunia perdagangan, dari kehidupan gunung dan hutan ke perkotaan, serta dari
sejarah dan memori tentang keluarga.
Buku ini juga dinobatkan sebagai buku puisi terbaik Pilihan Tempo 2013 yang lalu.
Untuk pemesanan buku ini, silahkan sms ke 081802717528. Untuk pemesanan buku-buku yang lain silahkan lihat di http://jualbukusastra.blogspot.com BNI UGM 0117443522 a.n. Indrian Toni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar