Judul: Sembilu dalam Taman
Penulis: Ngurah Parsua
Penerbit: Framepublishing, Yogyakarta
Tahun Terbit: 2014
Tebal Buku: xii + 335 halaman
Harga: 50.000
Ngurah
Parsua adalah sastrawan Indonesia dari Bali angkatan 70-an yang masih produktif.
Ia menulis dalam banyak genre, novel salah satunya. Karya-karya Ngurah Parsua
sebenarnya banyak, cuma ia terbitkan sedikit dan dalam skala yang terbatas,
sehingga namanya tidak melejit seperti seperkawanannya Sunaryo Basuki Ks. Sembilu
dalam Taman adalah novel terbarunya. Novel ini pun diterbitkan berkat
permintaan dari pihak Framepublishing. Sebenarnya Sembilu dalam Taman merupakan
seikat dari tiga novel pendek (trilogi) yang masing-masing bertajuk Sembilu
dalam Taman, Hidup di Dunia, dan Abu dan Debu. Novel ini berisi
kisah-kisah dan pergulatan hidup I Gusti Made Lodra, pemuda bangsawan Bali yang
memburu cinta sejati.
Lodra
memulai petualangan cintanya dengan Artini, gadis masa depannya. Setelah itu
dengan Luh Suastini, gadis desa yang dengannya ia memperoleh seorang putera
namun tak bisa dimilikinya. Lalu ia memadu cinta dengan Irene, gadis Manado,
yang ternyata lebih pas sebagai teman baginya. Akhirnya, ia labuhkan hatinya
kepada Sylvei, perempuan Paris yang simpatik kepada Lodra. Intinya, Lodra, si
pengejar cinta itu, terdera sembilu dalam taman, tempat yang oleh khalayak dianggap
sebagai lokus di mana cinta menawarkan dirinya kepada manusia. Dengan berlatar
Bali tahun 70-an, novel ini membentangkan panorama antropologis dan paradoks
turistik pulau Dewata, hingga meluas pada ranah sosial-politik Indonesia yang
kala itu sentralisme Orde Baru mulai menguat.
Untuk pemesanan buku ini, silahkan sms ke 081802717528. Untuk pemesanan buku-buku yang lain silahkan lihat di http://jualbukusastra.blogspot.com BNI UGM 0117443522 a.n. Indrian Toni
Novel ini masih dalam bentuk konvensional tetapi ada plusnya. Dia bukan saja bergerak linier tapi juga horisontal dengan kaya informasi. Baik sejarah, psikologi, politik, watak-watak tokohnya yang hidup. Mengambarkan kebudayaan Bali yang sedang hidup dan bergerak mengalami perubahan.Diceritakan dengan halus dan sangat detail. Seorang pembaca memberi komentar bahwa ia sempat ''terharu biru'' oleh nasib tokoh-tokohnya karena diceritakan dengan bahasa sederhana dan sesuai dengan peranannya. Seorang pembaca lain memberi komentar, ''sulit ditebak jalan ceritanya'' penuh kejutan, komentar seorang pembaca. Tapi sebanrnya bukan sampai disitu novel ini ''kompleks'' dan menyentuh pula bukan sekedar ''tauristik'' tapi juga pemikiran internasional tentang nasib dunia. Rindu damai dan menghindari perang dunia ketika yang bisa memusnah kan bumi. Terimakasih. Silahkan buktikan!
BalasHapus