Judul : Kesiur Dari
Timur
Penulis : Timur Sinar
Suprabana
Penerbit: KataKita, Jakarta
Tahun : Januari, 2012
Isi : 142 hlm
ISBN :
978-979-3778-67-9
Harga : 50.000
Ada delapan puluh empat sajak Timur Sinar Suprabana dalam
kumpulan puisi Kesiur Dari Timur ini. Meski tidak dicantumkan sejak kapan
proses penulisan sajak-sajak yang ada di buku ini, hal itu tak mengurangi
kenikmatan pembacanya menjelajahi belantara puitik Timur.
Membaca sajak-sajak dalam Kesiur Dari Timur, tampak
bahwa penyairnya bekerja keras untuk mempertahankan rima. Timur Sinar Suprabana
tengah asyik berunjuk kepiawaian puitiknya dalam permainan bunyi. Tidak ada
yang keliru karena memang salah satu wilayah “garapan” puisi adalah bunyi.
Tengok salah satu sajaknya yang berjudul Sendiri:
sendiri, diam-diam, pelan-pelan
dia punguti jejak-jejak perasaan cinta
yang tak kunjung menemu saat kapan
bisa terutara dengan mesra
: apa lagikah yang masih hendak kaukata
jika bahkan dedaun di beranda
dan bunga-bunga yang mekar di mata
tak lagi saling bersenda
lalu angin lekap di jendela kaca
hingga cuaca tak terbaca
dan segala yang terperam
pelahan mulai lebam
sungguh sunyi, bisikmu,
ketika Rindu tersedu
air matanya leleh Ungu
: di kalbu
menyembilu!
(Sendiri, hlm. 17)
Puisi memberi kita kesempatan untuk bertemu dengan yang tak
lazim dan tak terduga. Sajak-sajak Timur tak jarang terdiri dari kalimat yang
janggal strukturnya, ketika penyairnya menggunakan licentia poetica: kebebasan
melakukan distorsi atau penyimpangan untuk memperoleh efek puitis. Bahayanya:
sebuah sajak yang mencari efek puitis melulu akhirnya akan mirip dengan
narsisme.
(Goenawan Mohamad)
Kesiur berarti desing atau suara lintasan angin. Tapi tak
sembarangan angin. Timur bisa berarti arah atau salah satu mata angin; bisa
bermakna bukan Barat, bisa pula menunjuk sang penyairnya: Timur Sinar Suprabana
yang sajak-sajaknya terus berkesiur. Kadang lembut bagai desis rayuan kekasih.
Kadang menggelitik seperti hembusan percumbuan. Tapi kadang juga menyentak
laksana desing peluru menuju hunjam.
(A. Mustofa Bisri)
Dalam puisi-puisi Timur Sinar Suprabana, persoalan-persoalan
penting kemanusiaan—kecemasan, ketakutan, kesedihan, cinta yang tak
habis-habis—hadir dengan cara yang intim, kadang berlebihan dan menyihir.
Bangunan estetika puisinya sederhana dan terkesan menghindari improvisasi dan
eksperimen, tapi kokoh untuk menampung pikiran-pikiran liris penyairnya.
(Triyanto Triwikromo)
Untuk pemesanan buku ini, silahkan sms ke 081802717528. Untuk pemesanan buku-buku yang lain silahkan lihat di JUAL BUKU SASTRA
BNI UGM
0117443522
a.n. Indrian Toni
sangat terimakasih untuk sudah menghadirkan KESIUR DARI TIMUR dalam penawaran melalui blog ini. salam. ~Timur Sinar Suprabana
BalasHapus@tss saya sangat megigil mendengar kau mengumandangkan isi hati
Hapus